#FQ 11
2003. MFQ tingkat Kota Bandung dimulai. Kali ini saya berpartner dengan kang Ahmad Fauzi dan Ade Abina Azfa. Setelah lolos dari semifinal, dan berhak melaju ke final, muncullah permasalahan.
Lawan yang kami ungguli di semifinal mengajukan gugatan ke dewan hakim, bahwa kami tidak berhak lolos final, karena sudah menjadi utusan Kota Cimahi. Namun, dewan hakim tidak menggubris permohonan tersebut, dengan alasan bahwa kami pun belum tentu menjuarai dan mewakili kota Bandung karena belum ada hasil akhir.
Namun, Allah menakdirkan lain, kami akhirnya diberi kesempatan untuk mewakili Kota Bandung di tingkat Provinsi dengan syarat harus membuat surat pernyataan pengunduran diri sebagai wakil dari kota Cimahi. Dan ini pada akhirnya akan menjadi ‘karma’ tersendiri bagi saya …
#FQ 12
Masih 2003. MTQ Provinsi Jawa Barat digelar di kawasan pesantren Cipasung, Singaparna. Kami ditempatkan di kampung Borolong, tempat pentolan DI/TII Adah Djaelani pernah tinggal.
Ini kali kedua saya mengikuti MFQ tingkat Provinsi setelah sebelumnya pada tahun 1998. Bedanya, kalau dulu berpelat nomor ‘F’, sekarang berpelat ‘ D’
Di babak penyisihan, alhamdulillah kami membuat kejutan: menumbangkan juara bertahan sekaligus tetangga sebelah, Kabupaten Bandung. Dan peristiwa ini mulai membuka mata para dewan hakim, bahwa tim underdog dan non binaan berhasil mengungguli tim favorit plus binaan.
Event ini juga, atas izin Allah, menjadi titik awal saya mulai dikenal di kalangan peserta MFQ tingkat provinsi, meski pada akhirnya kami terhenti di babak semifinal.
Pengalaman eksotis yang saya alami ketika di Tasikmalaya ini adalah ketika menemukan seorang kakek berumur 90 tahunan yang masih sehat dan mengimami shalat dengan Qira’ah Sab’ah.
Hikmah terbesar tentunya dirasakan oleh partner saya, Ade Abina Azfa (izin share foto pernikahanna nya kang, hehe) yang sepulang dari Tasikmalaya berhasil menemukan pasangan sejatinya, salah satu personil tim qosidah Kota Bandung, Reny Saptarina
Moral of this story, ternyata MFQ bisa menarik jodoh juga, he2
#FQ 13
26 September 2003.
Event: MTQ Mahasiswa Tingkat Nasional. Tempat: Graha Sanusi, UNPAD. Ini adalah momen terindah sepanjang tahun 2003.
Hari itu hari Jum’at, tepat ketika saya berulang tahun yang ke-21. Allah seolah menghadiahkan kado ulang tahun spesial dengan memberikan kesempatan kepada saya (bersama Saepul Kamil & Nurman Abinon ) untuk menjadi finalis di event ini. Sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.
Padahal sebelumnya, ketika masih di tingkat UPI, ketika asyik-asyiknya mengikuti mata kuliah PLSBT, saya dijemput Nurman untuk mengikuti seleksi MFQ, karena dari jurusan bahasa Arab tidak ada delegasi.
Saya yang waktu itu sudah tidak terlalu berminat mengikuti event sejenis (karena sudah 2 kali belum berhasil), tidak terlalu antusias mengikuti seleksi tersebut. Namun, karena memang sudah menjadi passion, akhirnya ikut juga meski lawannya memang tidak seimbang karena berasal dari mahasiswa baru (seperti halnya saya di tahun 1999).
Singkat cerita, kami pun diutus dari UPI untuk mengikuti MTQ Mahasiswa tingkat Nasional yang kebetulan digelar di tetangga sebelah, UNPAD. Saat itu juga, untuk kali pertama saya bertemu ayah dari ‘rembulan’ (moal waka dibahas, bisi mengkol, he2).
Setelah melewati babak penyisihan dan semifinal, alhamdulillah kami pun berhasil menembus final, dengan lawan dari UNJ, UII dan Universitas Jambi.
Saat itu yang menjadi dewan hakim sebagian besar adalah yang biasa menjadi juri di tingkat provinsi. Atas izin Allah, kami berhasil unggul di babak soal regu. Dan ketika di babak final, kami berhasil menjawab soal tentang ilmu waris dalam hitungan sangat cepat, sehingga dewan hakim menganggap bahwa kami berasal dari jurusan matematika, he2.
Dengan keunggulan di babak penyisihan dan menambah poin di babak rebutan, akhirnya atas perkenan Allah, kami pun berhasil (untuk pertama kalinya) menjadi juara nasional MTQ Mahasiswa cabang Fahmil Qur’an.
Dan ini terasa begitu spesial, karena terjadi pada saat saya berulang tahun yang ke-21, dan inilah salah satu hadiah terindah yang Allah berikan kepada saya. Alhamdulillah … there can be miracles when we believe.
— Untuk serial lainnya, silakan klik
#1-6 | #7-10 | #11-13 (Anda sedang membacanya)| #14-15 | #16 | #17-18 |#19-22 | #23 | #24 | #25 | #26 | #27
1 thought on “#FQ 11-13: Prestasi Puncak Fahmil Qur’an”