Sejak 18 tahun lalu, 15 September selalu menjadi tanggal yang dinantikan. Dan sejak 13 tahun lalu, tanggal ini semakin menjadi sesuatu yang sangat spesial. Sebagai pembuka, saya kutipkan sajak ‘picisan’ dari antologi 18 Tentang Engkau berikut ini:
(18)
akhirulkalam …/sebagai penutup cerita ini/kulantunkan selaksa doa/semoga Tuhan Yang Maha Suci/melindungimu senantiasaterlebih lagi/di hari istimewamu ini/aku menanam harap/ semoga saja kau lebih dapat menyingkap/makna yang menyelinap/di balik kata-kata yang terucap
Cianjur-Bandung, akhir Agustus s.d. medio September 2002
Setahun berikutnya, lahirlah sajak berikut ini:
19
Sebab cinta, Âdam terusir dari surga, demi pasangan sejatinya, Hawâ.
Sebab cinta, Ya‘qûb kehilangan netranya, demi putera terkasihnya, Yûsuf Sang Raja.
Sebab cinta, delapan tahun Mûsa menggembala, demi isteri tercintanya, Shâfurâ.
Sebab cinta, Qays terdampar di sahara, demi kekasih abadinya, Laylâ.
Sebab cinta, aku mendadak jadi pujangga, demi kau, yang tadinya ingin kujelma, teman merengkuh “bahagia dua dunia”!
Dua tahun setelah sajak perdana tentang 15 September, maka pada tahun 2004, muncul lagi sajak yang ditulis pas 15 September:
15 SEPTEMBER 2004
temali usia teriris pelan,
kereta usia melaju tak tertahan …
menerobos lorong waktu nan nirbatas,
berujung lembah kematian yang ganas …
namun, percayalah …
mentari masih terbit esok hari
rembulan tetap hiasi pekat malam
langit dan gemintang setia berpatri
semburatkan cahaya, terangi kelam …
teruslah berlari kembarai zaman,
pancangkan ingin dan cita setinggi awan
kejar harapan, niscayakan dalam hati!
hidup adalah perjuangan sejati!
Cianjur, 15 September 2004,
jelang maghribuntuk yang berultah ke-20, hari ini …
Tahun 2005, kembali 15 September membersitkan inspirasi untuk karya berikut ini:
O Allah! Penghilang segala gamang, pengusir petala getir, tenteramkan hatiku dengan nama-Mu, tenangkan jiwaku sebab asma-Mu, bawa aku bersama-Mu, larut dalam kadim kasih-Mu, lampus dalam abadi cinta-Mu!
O Allah! Penawar segala bingung, penangkal segala linglung, wukufkan diriku dalam hamparan agung-Mu, himpunkan batinkan dalam genggaman kuasa-Mu, jerat aku sebagai asyik-Mu, dekap aku dengan maksyuk-Mu!
O Allah! Engkaulah abadi cintaku, kadim kasihku, Engkaulah baka ruhku, fana diriku! Engkaulah wujud sejatinya, mutlak adanya! Limpahi aku kasih-Mu, curahi aku rahmat-Mu!
O Allah! Dengan segenap nama yang Engkau sandang pada diri-Mu sendiri, yang Engkau ajarkan pada salah seorang ciptaan-Mu, yang Engkau sembunyikan dalam kitab suci-Mu, aku memohon dengan nama-Mu yang dengan-Nya terkabul segenap pinta, terjawab setiap tanya, aku mohon dengan sangat, di malam ini nan keramat;tunjukkan sejatinya pendamping hidupku, penyempurna agamaku!
O Allah! Aku memohon pada-Mu, berkenan menunjukkan, siapakah perempuan nan perawan, yang akan melahirkan, putera-puteriku nan saleh kemudian, berbakti pada-Mu!
O Engkau yang Maha Membuka, Maha Memberi Rizki dan Maha Mengetahui, permudahlah hal itu dan jangan Engkau persulit! Tunjukkan dalam nyata dan maya! Lapangkan dan luaskan dadaku bila ia memang yang terbaik untukku!
Aku hanya ingin tangan-Mu sendiri yang menuntun tanganku menggapai tangannya. Aku hanya ingin Engkau sendiri yang memaklumatkan perpaduanku dengannya, tanpa perantara siapa pun, hingga sirna berbagai prasangka, kumohon!
Kau telah buktikan bahwa kepasrahan total pada-Mu berujung limpahan anugerah surgawi, yang tak bisa dijangkau dengan logika manusiawi!
Kau beriku contoh seorang Maryam yang tiap hari berbakti padaMu, memperoleh anggur dan kurma nirwana, juga seorang Yusuf yang terjerembab di sumur pengap, untuk kemudian Kau angkat derajatnya menjelma seorang berkedudukan mulia!
Semua itu berkat kuasa-Mu, kumohon Kau berkenan pula menunjukkan usaha yang harus kutempuh, bila itu memang harus kulakukan! Sekali lagi kumohon! Ampuni salah dosaku, kabulkan ingin pintaku!
Alhamdulillah, akhirnya dengan kuasa dan kehendak-Nya, Allah berkenan memadukan juga kita dalam ikatan suci pernikahan pada tanggal 30 April 2006 dengan cara yang tak biasa dan menyimpan keajaiban.

15 September 2007. Subuh-subuh sekali, engkau mengeluhkan kontraksi. Akhirnya kujemput bidan untuk segera membantu persalinan anak kita yang pertama. Namun, Allah berkehendak lain, proses persalinan berjalan alot sehingga putri sulung kita baru lahir pukul 14.30-an menjelang Ashar.
Ada apa gerangan? Ternyata Maria Zakiyya Sofwawidadi yang sekarang sering kita panggil sebagai Ceuceu ingin lahir sama denganmu, seolah menjadi hadiah ulang tahunmu yang ke-23. Ia lahir tepat di hari yang sama dengan hari lahirmu, tanggal yang sama, hari yang sama, jam yang sama. hanya tahun saja yang membedakan kalian berdua.
Nama Maria Zakiyya Sofwawidadi juga adalah cermin keajaiban yang kita coba prasastikan. Maria kita ambil dari surat ke-19, dan kata Zakiyya juga diambil dari Surat Maryam (Maria) ayat ke-19. Karena kita meyakini bahwa angka 19 merupakan angka keajaiban Al-Qur’an seperti difirmankan-Nya dalam QS. 74 ayat 30.
Dan angka 19 ini senantiasa mengiringi hidup kita yang penuh keajaiban. Maria Zakiyya Sofwawidadi pertama dikandung bulan 1, dan lahir bulan 9, kalau digabung jadi 19.Masih ingatkah engkau, istriku, bahwa engkau diwisuda tanggal 19 April 2006, dan aku sendiri diwisuda tanggal 19 Oktober 2004. Masih ingatkah juga engkau bahwa nomor ijazah kita juga sama-sama nomor 19?
Subuh pagi ini, tepat pukul 4.44 tanggal 15 September 2020, aku menuliskan ulang catatan ini sebagai hadiah ulang tahun kalian berdua, wahai bidadari kembarku! Selamat hari lahir istriku tercinta, selamat hari lahir putri sulungku tercinta!
Engkau berdua adalah bidadari kembar yang dikirim dari Langit untuk meyakinkanku akan berbagai keajaiban dari-Nya. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dalam hidup engkau berdua. Mohon maafkan Bapa, bila pada hari ini belum sempat memberikan hadiah terindah untuk kalian berdua.Bibarokaati ummil kitaab, Al-Faatihah.
Tegal Caang, 15 September 2020, 4:44